25 radar bogor

Antara lapar Perut atau Lapar Mata

Siti Rohmayanti

BOGOR – RADAR BOGOR, Model epidemiologis standar penyebaran virus tidak memperhitungkan factor manusia seperti ideology dan nilai agama.

Manusia bersifat kompleks dan dinamis perubahan social yang begitu masif membuat perilaku manusia dapat berubah. Dalam ilmu sosiologi perilaku manusia memang sulit untuk di tentukan.

Bisa saja ia berbuat baik atau sebaliknya dan tidak abadi keadaan tersebut bersifat verstehen. Sedangkan dalam dinamika kehidupan manusia di perlukan suatu aturan hukum yang bisa membimbing dan mengatur kehidupan manusia agar tetap hidup tentram, damai, dan harmonis.

Pihak agamawan sangat penting dalam penanganan virus ini. memberi edukasi tentang pencegahan dan cara menghadapi covid-19 ini.

Dogmatis kitab suci yang telah tertanam pada setiap pengikut agama menjadi penawar rasa gelisah yang kian hari kiat melanda dan membuat imunitas terganggu.

Komprehensif ajaran agama yang menghimbai umatnya untuk menggunakan akal pikiran. karena covid-19 telah melumpuhkan semua sektor kehidupan masyarakat, pada saat yang bersamaan peran lembaga formal keagamaan yang bergerak dalam filantropi islam (LazisMu,LazisNu, DT, Baznas, dan lain-lain) telah banyak melakukan langkah maju dalam membantu memerangi covid-19 ini.

Banyak aturan yang telah pemerintah cetuskan. System Lock Down untuk beberapa daerah, PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) social phisical distancing. Sampai-sampai WFH (Work From Home) yang di berlakukan di berbagai Instansi perkantoran sampai dengan pendidikan.

Bahkan menikah Online dan Wisuda Online sudah ada yang menjalankan. Ada golongan yang mati-matian tinggal di rumah namun ada juga yang dengan mudahnya pergi ke luar rumah menuju tempat kerumunan orang-orang.

Terlebih hari ini menuju Hari Raya umat Islam Dunia (Idhul Fitri) saat satu bulan penuh berpuasa menahan lapar, haus dan hawa nafsu.

Idhul Fitri menjadi momentum salah satu perputar ekonomi yang sangat cepat. Orang orang berbondong-bondong menjajakan berbagai olahan makanan di meja, membagi-bagikan uang dengan mengatas namakankan THR (Tunjangan Hari Raya) atau sampai membeli sesuatu yang baru semisal baju baru, sepatu baru, jam tangan baru, dan barang-barang baru lain.

Pleace market tidak tanggung-tanggung untuk memberi promo gila-gila an. Mulai dari diskon 50% sampai dengan 90% atau hanya sebatas gratis onkos kirim.

Pasar jadi jadian di pinggir jalan yang menjual kebutuhan lebaranpun mulai menjamur di berbagai pasar tradisional. Mal-Mal besarpun tidak mau kalah dan kehilangan pelanggan, marketing gila-gila-an pun mereka lakukan dengan berbagai promo nya. Sehingga banyak sekali kaum Hawa yang sering kehilangan akal sehat karena tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan di saat promo sedang di berlakukan.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya….” (Al Jatsiah 23). Di saat banyak orang kehilangan penghasilan karena PHK yang meraja rela, inflasi yang terjadi akibat keterbatasannya ketersediaan barang di pasaran, kerusuhan karena dampak PHK yang membuat perut kosong sehingga menghalakan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan yang menyebabkan menurunnya tingkat keamanan.

Di samping itu masih banyak orang yang memaksakan diri untuk bisa memenuhi kebutuhan sekunder di masa-masa pandemic seperti sekarang ini. seharusnya kebutuhan primer sudah jauh dari cukup untuk bisa bertahan hidup.

Jangan lah dulu pergi ke pasar hanya untuk berdesak-desakan membeli baju baru, pergi ke mal memburu diskon tas dan sepatu baru, atau melakukan pembelanjaan online sampai overload dan membuat ekspedisi pengiriman barang menjadi kacau tak karuan.
Permasalahannya sekarang adalah TINGKAT KEPATUHAN masyarakat, efektif atau tidak program yang di berikan pemerintah guna mengatasi mata rantai penyebaran, apapun peraturan yang di berikan pemerintah, jika tidak ada kepatuhan dari masyarakat, maka kebijakan itu akan sia-sia.

Sekarang yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi antisipasi dan ikut berperan serta aktif dalam membantu masyarakat yang terdampak dalam memenuhi kebutuhan Hidupnya.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari adanya wabah covid-19 ini, yang salah satunya adalah meneruskan warisan dari nenek moyang kita yaitu gotong royong saling membantu satu sama lain dalam kebaikan, baik antar keluarga ataupun masyarkata yang membutuhkan.

Kita bisa melewati wabah ini jika sama sama bersatu, mematuhi pemerintah dan menjalankan protocol kesehatan dengan baik. Disamping itu kita juga harus selalu berdoa agar Allah yang maha kuasa melindungi kita dari wabah yang diturunkanNYA ke dunia serta di selamatkan dari hal-hal yang tidak baik.

Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah dan kita di wajibkan agar teteap berdoa dan ber ikhtiar untuk melewati cobaan dariNYA. Mudah-mudakan wabah ini segera berlalu dan kita termsuk orang orang yang beruntung. Aamiin. (*)

Siti Rohmayanti
* Sekretaris Bidang keilmuan & IMMawati PC IMM Bogor