25 radar bogor

Terdampak Double Track, Pemindahan Pipa PDAM Butuh Anggaran Rp100 Miliar

PDAM
Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan Ade Syaban Maulana saat menjelaskan proses produksi air PDAM kepada CEO Radar Bogor Hazairin Sitepu, beberapa waktu lalu.
PDAM
Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan Ade Syaban Maulana saat menjelaskan proses produksi air PDAM kepada CEO Radar Bogor Hazairin Sitepu, di IPA Dekeng, Kamis (23/1/2020).

BOGOR – RADAR BOGOR, Proyek Double Track atau jalur rel kereta ganda Bogor-Sukabumi juga berdampak pada pipa induk milik PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.

Secara teknis, pipa yang akan terdampak itu sekitar 2,5 kilometer. Tentu saja bakal mempengaruhi pelayanan terhadap pelanggan air minum di Kota Bogor.

Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Ade Syaban Maulana menerangkan, solusi atas permasalahan itu masih menjadi pembicaraan dengan PT KAI.

Pasalnya, belum ada keputusan resmi bagaimana memindahkan pipa itu tanpa terlalu banyak merugikan pelanggan. Ditambah lagi, opsi-opsi pemindahan pipa juga bukanlah hal yang mudah.

“Dari aspek teknis bahwa yang harus terkena itu 2,5 kilometer pengaliran dari Ciherang Pondok ke Dekeng.  Nah, pengaliran itu memanfaatkan sistem gravitasi. Kalau gravitasi itu sangat tergantung elevasi di setiap pipa. Kalau pipa itu dipindahkan posisinya harus sama. Kalau misalnya tidak sama, akan berpengaruh terhadap debit air,” terang Ade, Kamis (23/1/2020).

Debit air baku dari Sungai Cisadane dalam keadaan normal itu mencapai 1.800 liter per detik. Jika posisinya setelah dipindahkan tidak sama, hasilnya  bisa menurun  1.700 hingga 1.600 liter per detik.

“Pemindahan ini nanti kan ada dua pipa, pipa 1.000 milimeter dan 700 milimeter. Kalau dipindahkan sekarang, tentu koneksinya akan berhenti sama sekali. Itu memerlukan waktu kurang lebih dua minggu. Amannya satu bulan, yang artinya aliran air mati total,” jelas Ade lagi.

Hal itu tentu akan berpengaruh besar terhadap pelanggan PDAM Tirta Pakuan. Penurunan debit air juga akan berpengaruh terhadap pasokan air bersih ke reservoir Cipaku dan Pajajaran. Oleh karena itu, pihaknya masih menunggu solusi strategis untuk menuntaskan kegamangan itu.

Sempat terlintas pula kompensasi terhadap matinya pasokan air itu dengan memanfaatkan mobil-mobil tangki.

“Misalnya kalau kompensaisnya dengan mobil tangki, ngatur berapa tangki itu? Itulah mungkin sampai saat ini masih kita bicarakan,” imbuhnya.

Pemindahan pipa juga butuh biaya sangat tinggi, yang menyentuh kisaran Rp90-100 miliar. Itu pun, kata Ade, baru pengerjaan pemindahan pipa. Belum termasuk kerugian sosial terhadap lahan-lahan baru.

Anggota Komisi III DPRD Kota Bogor, Bambang Dwi Wahyono pun pernah memanggil PT KAI untuk membahas rencana pembangunan jalur ganda itu.

Sayangnya, mereka belum bisa hadir. Selanjutnya, anggota dewan masih akan memanggil mereka untuk pembicaraan lebih intens. “Sebenarnya yang utama ingin mengetahui site plan seperti apa,” pungkasnya. (mam/ysp)