“Sekitar 70 persen dalam 1 tahun. Selain itu, kawasan Gunung Timau masih minim polusi cahaya, sehingga langitnya baik untuk pengamatan astronomi,” ujarnya melansir CNNIndonesia beberapa waktu lalu (12/8).
Untuk mendeteksi kehidupan di luar bumi, Obnas bakal menggunakan teleskop besar dengan cermin majemuk berukuran 3,8 meter. Teleskop itu diklaim merupakan kembaran dari Teleskop Seimei milik Universitas Kyoto, Jepang.
Saat ini, teleskop tersebut masih dibuat dan akan diuji terlebih dahulu di Jepang.
Bambang membeberkan pembangunan Obnas dan pengadaan teleskop menghabiskan anggaran hingga Rp340 miliar. Namun, dia tidak merinci penggunaan anggaran iti. Dia hanya menjelaskan anggaran itu diperoleh dari APBN melalui multi year program (2017-2021).
Komplek Obnas dibangun di atas lahan seluas 40 hektar di Kawasan Hutan Lindung Gunung Timau pada ketinggian 1.300 mdpl. Lokasinya cukup jauh dari pemukiman penduduk yang biasanya menyebabkan polusi cahaya dan polusi udara sebagai gangguan pengamatan astronomi.
Dengan keberadaan Obnas dan teleskop itu, Bambang menyebut peneliti di Indonesia dapat melakukan lebih banyak hal, mulai pencarian planet hingga menguak misteri materi dan energi gelap.