JAKARTA-RADAR BOGOR, Kericuhan atas unjuk rasa penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja makin memuncak. Beberapa fasilitas negara menjadi sasaran massa. Salah satunya pos polisi di persimpangan Harmoni, Jakarta Pusat dibakar massa.
Pembakaran itu terjadi sekitar pukul 17.30 Wib. Demonstran dipukul mundur oleh aparat kepolisian dengan melepaskan tembakan gas air mata.
Pantauan JawaPos.com, polisi terus melakukan penjagaan ketat di sekitar kawasan Harmoni. Sebab, tidak jauh dari persimpangan merupakan kawasan kompleks Istana Negara.
Kobaran api dan kepulan asap hitam di pos polisi persimpangan Harmoni. Sementara itu, orator pengunjuk rasa meminta aparat kepolisian menghentikan tembakan gas air mata yang menghujani mereka.
“Lailhailallah, lailahaillah-lailahaillah. Jangan mundur-jangan mundur. Ya Allah tolong bapak polisi hentikan, tolong bapak polisi hentikan (tembak gas air mata),” seru seorang orator dari atas mobil orasi. “Di mana letak kemanusiaan Bapak polisi,” imbuhnya.
Amukan massa yang melakukan aksi menolak Omnibus Law di sekitaran Istana Nrgara, Jakarta Pusat, semakin tak terbendung. Sejumlah fasilitas umum di sekitar lokasi aksi pun rusak diamuk massa. Salah satunya, pos polisi yang berada di perempatan Jalan Raya Gajah Mada, Jakarta Pusat, di bakar oleh sejumlah massa aksi.
Berdasarkan pantauan PojokSatu.id (Radar Bogor Group) di lapangan, pembakaran itu terjadi selepas adzan Makhrib. Hal itu dipicu setelah polisi berhasil memukul mundur massa aksi.
Sebelumnya, massa aksi sempat bernegosiasi dengan polisi agar bisa menemui Presiden Jokowi di Istana. Hal itu dilakukan untuk menyampaikan langsung tututan aksi.
Negosiasi dilakukan perwakilan massa aksi dengan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Heru bersama Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo.
Dalam negosiasi tersebut, Heru dan Sambodo meminta massa untuk tenang supaya perwakilan dari mereka bisa masuk untuk bertemu dengan Jokowi.
Namun, berselang beberapa menit kemudian, sebagain kelompok massa melemparkan dengan botol bekas minuman mineral. “Tenang-tenang,” imbau Heru kepada massa.
Ia pun meminta kepada massa aksi bersikap sewajarnya dalam menyampaikan tuntutan mereka dengan tidak membentak polisi “Bersikaplah yang sewajarnya sebagai mahasiswa, jangan membentak-bentak jika menyampaikan pendapat,” sambung Heru.
Aparat kepolisian pun berusaha menenangkan suasana kelompok pendemo. Sementara itu, kelompok aksi tanpa henti melakukan lemparan dengan berbagai benda keras.
Pihak kepolisian mencoba memberikan peringatan dengan pengeras suara. “Jika masih melakukan tindakan anarkis, kami akan bertindak tegas,” tegasnya.
Diketahui, aksi tersebut terdiri dari mahasiswa, pelajar dan buruh yang menuntut DPR dan Pemerintah mencabut UU Cipta Kerja.
Hingga berita ini diturunkan, kericuhan antara massa dengan polisi masih berlanjut. “Bersikaplah yang sewajarnya sebagai mahasiswa, jangan membentak-bentak jika menyampaikan pendapat,” sambung Heru.
Aparat kepolisian pun berusaha menenangkan suasana kelompok pendemo. Sementara itu, kelompok aksi tanpa henti melakukan lemparan dengan berbagai benda keras.
Pihak kepolisian mencoba memberikan peringatan dengan pengeras suara. “Jika masih melakukan tindakan anarkis, kami akan bertindak tegas,” tegasnya.
Diketahui, aksi tersebut terdiri dari mahasiswa, pelajar dan buruh yang menuntut DPR dan Pemerintah mencabut UU Cipta Kerja. Hingga berita ini diturunkan, kericuhan antara massa dengan polisi masih berlanjut.(jpc/ps/pin)