BOGOR-RADAR BOGOR, Prof Idrus Paturusi adalah satu dari sekian banyak pasien positif yang sembuh dari Covid-19.
Prof Idrus tercatat dinyatakan positif pada 25 Maret 2020, dan setelah sembilan hari diisolasi di rumah sakit, hasil swab tesnya dinyatakan negatif untuk kedua kalinya.
Seorang penyintas (survivor), Prof Idrus A Paturusi SpOB menceritakan pengalamannya berjuang sembuh dari Covid 19 dalam diskusi online dengan tema tiga guru besar berbagi kiat dan pengalaman sembuh dari Covid 19, Sabtu (3/10/2020).
Prof Idrus paturusi mengisahkan, Pertama dirinya dinyatakan positif Covid 19 saat dirnya melakukan test bersama dengan istrinya.
“Tanggal 24 Maret, saya lakukan pemeriksaan bersama istri. karena istri saya batuk lama. Pada tanggal 25, saya positif, ibu (istri) malah negatif,” tutur Prof Idrus paturusi mengawali perbincsngan.
Ia menuturkan, tidak mudah pada waktu itu. Mengingat pada bulan Maret itu masih belum banyak yang terpapar Covid 19.
“Ini bulan maret belum bayak orang yang positif. Saya sudah terbayang 8,4 persen waktu itu meninggal. Jadi pasti orang yang kena itu stres,” tuturnya.
Namun saat itu, dirinya langsung mengumumkan bahwa positif.
“Saya umumkan saya sakit. saya masuk rumahsakit dan masuk isolasi,” katanya.
Ketika ditanya tips atau kiat untuk bisa sembuh dari Covid 19, prof Idrus Paturusi menegaskan, usaha manusia hanya lima persen, sisanya adalah tuhan yang maha kuasa.
“Saya kira yang ingin dikatakan tips tips apa, saya kira usaha manusia hanya lima persen. Yang 95 persen itu adalah yang maha kuasa,” tuturnya.
“Saya katakan itu karena saya ini ada komorbid. Komorbid itu hipertensi dan jantung,” tuturnya.
Sementara proses gejala hingga sembuh, prof Idrus paturusi menuturkan, cukup panjang. Dimana pada waktu masuk RS untuk diisolasi, belum ada gejala.
“Tetapi sekira-kira dua hari mulai,” tuturnya
Selama di rumah sakit dirinya diberi tiga jenis obat. Termasuk obat flu burung.
“Namun, Yang saya ingin sampaikan bahwa obat yang saya minum itu bukan obat Covid 19. Karena obat covit itu belum ada,” paparnya.
Memasuki hari kedua, Dua mulai timbul susah menelan.
“Saya di telpon sama teman. Terus menanyakannya kondisinya. Lalu menyarankan menggunakan kayu putih,” tuturnya.
Tidak saja menggunakan minyak kayu putih (Eucalyptus), Prof Idrus Paturusi juga menggunakan air garam saat menjalani isolasi.
Untuk air garam, Prof Idrus Paturusi menuturkan dirinya menggunakan setiap pagi.
“Saya tiap pagi itu kumur air garam hangat,” tuturnya.
“Logika berfikir sakit menelan karena virus di daerah sana. Nah, kalau kita kumur air garam, coba bayangkan. itu virus pakai diterjen mati. Apalagi air garam,” terangnya.
Kemudian untuk kayu putih dilakukan saat malam hari. Dengan cara dicampur air hangat, lalu dikumur.
“Juga, tisu kasih minyak kayu putih lalu dimasukan masker,” tuturnya.
“Percaya atau tidak, hari ke tujuh, sudah negatif saya punya Swab,” tambahnya.
Ia menegaskan, yang paling penting bagi yang terkena virus Covid-19 adalah tetap makan.
“Yang terkena Covid 19, selera makan hilang. Indra penciuman dan perasa hilang. Kalau kita udah kena itu selra makan hilang. Nah, paksakan makan,”tukasnya. (all)