“Sinergitas antara pemerintah dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk penggiat pendidikan di GSM merupakan keniscayaan yang harus dilakukan untuk mendorong perubahan ekosistem pendidikan yang mendukung terwujudnya link & match antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dunia industri,” tegas pria yang punya hobby main tenis dan main musik tersebut.
Sebagai informasi Workshop Penguatan Eksosistem SMK Melalui “Gerakan Sekolah Menyenangkan” (GSM) yang diikuti oleh Kepala BBPPMPV/BPPMPV dan Kepala SMK terpilih merupakan program yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi bersama dengan Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan.
Program ini bertujuan untuk menginternalisasi tugas dan tanggung jawab Kepala BBPPMPV/BPPMPV sebagai pemimpin lembaga yang berfungsi untuk mencetak dan meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan vokasi serta peran Kepala SMK untuk menyiapkaan peserta didik agar menjadi lulusan yang memiliki karakter budaya kerja yang baik dan berkompetensi unggul melalui pengembangan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Workshop ini dilaksanakan pada 30 September hingga 2 Oktober 2020 di Kaliurang, Yogyakarta. Workshop ini diikuti oleh 28 orang perwakilan dari Balai Besar/balai PPMPV, 28 orang perwakilan MK, perwakilan Direktorat Mitras DUDI dan 66 orang perwakilan Pendidikan Tinggi mitra Ditjen Pendidikan Vokasi.
Pendiri “Gerakan Sekolah Menyenangkan” Muhammad Nur Rizal pada kesempatan yang samamenyampaikan harapan agar semangat perubahan yang diusung GSM berikut praktik baik untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang positif dan dirindu para siswa dapat juga diterapkan di SMK.
Kerjasama antara gerakanakar rumput dan pemangku kepentingan yang telah dirintis ini harapannya tidak berhenti dikegiatan atau permukaan saja,tetapi dapat memantik proses perubahan yang lebih mendasar, yakni mengubah haluan kebijakan, budaya dan sistem pendidikan kita yang telah mulai ketinggalan.
“Dunia sudah berubah dengan cepat dan tak pasti, maka kita juga harus berubah, dan perubahan itu tidak bisa berjalan sendirian. Kita bersama tak rela anak kita menjadi buruh dinegerinya sendiri”, pungkas Rizal.(*)