Keresahan Saat PJJ, Begini Sikap Orangtua Hadapi Anak

Ilustrasi

BOGOR-RADAR BOGOR, Memasuki bulan ke 6 pembelajaran jarak jauh diberlakukan, besar dampak yang terasa dari berbagai pihak.

Guru, murid, dan orangtua punya perspektif sendiri dalam menyikapi kondisi pandemi saat ini.

Kini murid tak perlu khawatir mengenai kuota dan jaringan internet, karena beberapa sekolah dan perguruan tinggi sudah menyediakan kuota untuk mendukung PJJ.

Walaupun fasilitas akses internet ini belum merata ke seluruh pelajar.

Tak hanya guru dan murid yang terkena imbas PJJ, orangtua pun kini menyambi sebagai pengawas pembelajaran anak di rumah.

Seorang wali murid, Elin (30) mengaku saat ini PJJ masih efektif saja karena anaknya baru saja memasuki sekolah dasar. Ia merasa materi ajar pun relatif masih mudah untuk diajarkan sendiri olehnya.

Ilustrasi

Di samping itu, masih ada kendala yang dirasakan, “Mood anak naik turun, mood ibu nya juga suka turun, apalagi kalau berbenturan dengan tugas domestik. Saat anak sedang asyik main, jadi belajar nya dinanti-nanti. Sinyal ga stabil, enak nya memang wifi” ujarnya.

Elin memiliki cara untuk mengatur pembelajaran anak agar efektif, dengan membatasi jadwal nonton TV, memberikan snack time, memberi penjelasan ke anak “lebih awal mulai nya, lebih cepat selesai”, dan saat anak lebih semangat dikasih bonus misal jajan.

Sama hal nya yang dirasakan Yati (30), walaupun ia merasa PJJ ini masih cukup efektif tetapi karena waktu pembelajaran anak pagi, maka anak harus dibawa ke tempat kerjanya.

Hal ini membuatnya tidak fokus dalam bekerja karena pikiran harus terbagi dengan belajar bersama anak.

Kemudian anak juga cenderung cepat bosan karena tidak berinteraksi dengan teman-temannya.

Tetapi dari hal ini ia merasa menjadi lebih dekat dengan anak dan bisa mengetahui tipe pembelajar seperti apa.

Ilustrasi

Di sisi lain, PJJ juga dirasa tidak efektif. Neng Widaniwati (42) yang memiliki 3 anak dari sekolah dasar, hingga menengah atas memiliki tingakatan kesulitan yang berbeda.

Kendala yang ia rasakan adalah saat anak-anak terdistraksi dengan game online sehingga tidak fokus sepenuhnya pada pembelajaran.

“Kalau bisa sih game online di blok oleh pemerintah, dan wabah ini segera hilang agar kita bisa beraktifitas normal lagi” harapnya. (pkl-afifah)