RADAR BOGOR – Sangat prihatin rektor IPB dinyatakan positif covid-19. Kondisi ini menambah panjang tokoh-tokoh di negeri ini yang sudah dinyatakan positif covid-19. Di sini membuktikan bahwa covid-19 ini bisa menyerang siapapun tanpa pandang bulu. Dan semakin mempertegas, semakin banyak untensitas orang bersentuhan dengan orang banyak, maka akan semakin tinggi potensi terinveksi covid-19.
Dan sampai saat ini, covid-19 belum ada vaksinya, sehingga hanya dengan menguatkan imun tubuh makan tubuh kita dengan sendirinya akan mampu meminimalisir terinveksi covid-19. Dengan menambah daftar panjang tersebut, akan sangat mungkin masyarakat bisa lebih banyak jumlahnya yang sudah terinveksi covid-19.
Karena selama ini, identifikasi terhadap masyarakat yang sudah dinyatakan covid-19 melalui swab baik yang swab pertama maupun kedua. Padahal kita faham bahwa masyarakat yang diperiksa swab atau yang memeriksakan dirinya dengan swab sangat sedikit.
Sangat mungkin semakin banyak masyarakat yang diperiksa melaluo swab, maka akan semakin banyak juga jumlah masyarakat yang terinveksi covid-19.
Karena hampir semua tokoh yang sudah dinyatakan terinfeksi covid-19 mereka tidak mengalami gejala, yang sering disebut dengan istilah OTG (Orang tanpa Gejala).
Seiring dengan longgarnya tempat beraktifitas masyarakat dari protokol covid-19, maka semakin terlihat banyaknya masyarakat yang dinyatakan positif covid-19.
Dengan menambah klaster baru, seperti klaster perkantoran, klaster rumah tangga dan sangat mungkin gelaran pilkada 2020 pun akan menjadi klaster yang baru dan massif di Indonesia. Mungkin juga banyak akademisi dan praktisi kampus yang tidak terekspose positif covid-19, karena berbagai faktor.
Namun dengan dinyatakan positif covid-19 rektor IPB, maka semakin menpertegas bahwa sampai saat ini belum layak lembaga atau institusi pendidikab untuk melakukan aktifitas pembelajaran tatap muka langsung.
Karena akan sangat berpotensi menimbulkan klaster baru yang dengan cepat dan masif menularkan covid-19 dengan tidak terkendali.
Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi tatakelola percepatan penanganan covid-19 yang sudah dilaksanakan oleh gugus tugas dan oleh satgas bentukan pemerintah ini. Terutama di tingkat daerah. Apakah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau PSBM ( Pembatassn Sosial Berskala Mikro) atau pelonggaran atau apapun namanya yang ada saat ini efektif atau tidak.
Saya melihat tidak pernah ada evaluasi yang konprehensif. Yang kita saksikan saat ini faktanya semakin tidak terkendalinya masyarakat yang terinveksi dan dinyatakan covid-19.
Hal itupun bisa kita lihat secara bersama-sama bahwa saat ini ditengah-tengah masyarakat seperti tidak hadir berbagai aturan pemerintah yang mengatur tatakelola pengendalian penularan covid-19.
Kita semua berharap semua masyarakat yang saat ini sedang berjuang melawan covid-19 segera dipulihkan, para nakes yang sedang bekerja dengan tanpa lelah selalu diberikan kesehatan, dan covid-19 segera bersih di republik ini.
Direktur DEEP, Yusfitriadi