Ambil Peran Pemulihan Ekonomi, Kemendikbud ”Kawinkan” Pendidikan Vokasi dan Industri

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Wikan Sakarinto

JAKARTA-RADAR BOGOR, Tahun 2020, bisa jadi momen kebangkitan sekolah vokasi. Di tangan Wikan Sakarinto, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggeber sejumlah program penguatan pendidikan kejuruan. Kelak, vokasi bakal mengambil peran dalam pemulihan ekonomi pascapandemi.

Optimisme Wikan sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi bermodal strategi utama ‘link and match’ untuk menghubungkan SMK, kampus vokasi, serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia dengan industri dan dunia kerja dalam lima tahun ke depan.

Vokasi yang dimaksud Wikan meliputi pendidikan tinggi, SMK, serta kursus dan pelatihan.
Wikan mengibaratkan link and match sebagai hubungan kasih. Menurutnya, pendidikan vokasi harus ‘menikah’ dengan industri dan dunia kerja, di mana ‘pernikahan’ itu memiliki sejumlah pengembangan yang disusun sedemikian rupa agar pendidikan vokasi dan industri saling terkait.

“Vokasi itu menjadi pilar kemajuan di setiap negara maju manapun. Jadi setiap negara maju manapun, karakternya pasti pendidikan vokasinya maju, dan pasti mereka sudah link and match dengan dunia industri. Pernikahan massal itu terjadi dengan paket yang sangat signifikan,” kata Wikan.

Ia menjelaskan, pengembangan strategi link and match meliputi kurikulum yang disetujui para stakeholder dunia industri; didikan yang disampaikan bersama dengan setidaknya 50 jam per semester siswa diajar oleh praktisi industri; magang atau prakerin (praktek kerja industri) yang diselenggarakan bersama dunia industri untuk minimal satu semester.

Berikutnya, sertifikasi kompetensi berupa pemenuhan syarat kelulusan pendidikan dan hasil riset terapan hardskill, softskill, dan integritas. Serta komitmen perekrutan oleh industri dan dunia kerja, pelatihan guru serta dosen oleh industri dan dunia kerja, beasiswa atau donasi dari industri yang ditegaskan oleh Wikan tidak bersifat wajib, serta riset vokasi yang berasal dari kasus nyata di industri dan dunia kerja.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Wikan Sakarinto

Wikan mengatakan, ada hal-hal lain yang tak kalah penting untuk ditanamkan pada siswa, yaitu kejujuran, moral, dan integritas. Bila siswa menjalani pendidikan vokasi berdasarkan ketertarikan tanpa merasa terpaksa, ia meyakini siswa akan menjadi Sumber Daya Manusia yang berkompeten. Sehingga, tugas lebih lanjut adalah menyesuaikan dengan kebutuhan industri.

“Itu menjadi kebijakan kita, dan itu harus betul-betul sesuai keinginan industri. Tidak boleh kita bikin lulusan yang kompeten tapi enggak sesuai dengan industri, apalagi yang enggak kompeten dan enggak sesuai. Dan di masa pandemi, sebisa mungkin justru ‘pernikahan’ terjadi, sehingga nanti ketika industri berubah juga mengajak vokasi berubah di dalam era new normal,” paparnya.

Menurut Wikan, dengan 2,2 ribu pendidikan tinggi, 14 ribu SMK dan 17 ribu kursus atau pelatihan di Indonesia, sekitar 20 sampai 30 persen telah menerapkan strategi link and match. Ia optimis pendidikan vokasi dan dunia industri dapat bersama-sama melalui pandemi Covid-19.

“Mungkin belum sekomplit ini, tapi sudah terjadi. Di SMK itu tiap tahun kurikulum disinkronkan, tapi mungkin belum sedalam ini. ‘Pernikahan’ itu sudah dan sedang terjadi. Untuk itu, kita tahun ini menggelontorkan Rp3,5 triliun dengan 40 program baik di SMK, perguruan tinggi vokasi, dan kursus pelatihan Indonesia di luar anggaran rutin kita,” ungkap Wikan. (ric)