25 radar bogor

Ramadan Bulan Kesolehan Sosial dan Lailatul Qadar

Teddy Khumaedi

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS. Al-Baqarah, 183)

Ramadhan merupakan bulan suci yang dinanti-nanti umat islam seluruh dunia tidak terkecuali umat islam di indonesia. Sebelas bulan kita sebagai umat islam menjalani hari-hari dengan segala aktivitas kegiatan sosial, politik, ekonomi dan keagamaan yang bersifat universal terhadap agama lainnya, ketika memasuki bulan suci ramadhan umat islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh tanpa alasan apapun kecuali ada gangguan fisik dan rohani seperti sakit, uzdur dalam perjalanan tertentu, dan gangguan jiwa.

Ibadah puasa merupakan salah satu rukun islam yang ketiga yang mana sudah dijalankan oleh umat-umat terdahulu sebelum adanya umat Nabi Muhammad SAW, sebagai tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 183 dalam pendahuluan diatas.

Akan tetapi dalam menyambut ramadhan tahun 2020 ini, umat Islam di seluruh dunia menyambut kedatangan bulan suci ini dengan suasana yang jauh sangat berbeda dibandingkan ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Tak terkecuali di Negara kita Indonesia, masyarakat merasakan suka cita dalam menyambut bulan suci ramadhan tahun ini terlihat jelas jauh berbeda dibandingkan ramadhan tahun lalu, kenapa demikian?

Karena kondisi seluruh dunia yang sedang tidak sehat dan tidak stabil, segala bentuk aktivitas manusia terhenti dan tersendat secara tiba-tiba, hampir semua industri di stop untuk sementara, tidak ada produksi, sebagian karyawan dan buruh di beberapa perusahaan industri dan perkantoran diberhentikan untuk sesaat bahkan ada juga yang diperlakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara permanen.

Aktivitas ritual ibadah yang sifatnya berkerumun dan kolektif (berjamaah) dihimbau dikurangi untuk sementara waktu, kegiatan belajar mengajar siswa, dan perkuliahan mahasiswa di ruang kelas di stop dialihkan melalui pembelajaran online (daring).

Hampir semua manusia di belahan dunia saat ini melakukan aktivitas di rumah saja. Interaksi antar sesama manusia melebihi dari 4 orang tidak diperbolehkan, pemerintah diberbagai Negara melakukan gerakan yang sama yaitu jaga jarak (Social Distancing) bagi warganegaranya masing-masing.

Saat ini tidak ada lagi masyarakat yang lalu lalang dengan bebas kesana kemari hanya untuk sekedar nongkrong sambil mencari makan, toko-toko dan swalayan yang menyediakan segala kebutuhan masyarakat hampir 80% tutup, karyawan sementara waktu dirumahkan dulu.

Manusia dibelahan dunia mana pun diwajibkan memakai masker penutup mulut dan hidung, sekaligus dianjur untuk selalu rajin mencuci tangan dengan sabun ataupun HandSanitaizer (sejenis cairan alkohol) demi terhindar dari terinfeksi suatu virus yang sedang mewabah di seantero bumi ini.

Tidak ada perbedaan antara Negara maju maupun Negara berkembang, di belahan dunia mana pun dalam menyikapi terjadinya wabah ini, semua pemimpin Negara serempak bergerak bersama-sama warganegaranya disetiap negaranya masing-masing menghadapi situasi yang paling sulit ini.

Kenapa kondisi seperti bisa terjadi hampir diseluruh dunia? Jawabannya adalah dunia ini sedang diwabahi virus yang dahsyat sekaligus mematikan bagi manusia, virus ini bisa dengan mudah menyebar dan menyerang siapa pun yang tidak memiliki kekebalan tubuh yang kuat.

Terutama orang-orang yang sudah berusia diatas 60 tahun, virus ini datang dan tersebar ke berbagai belahan dunia secara tiba-tiba (sporadis), tanpa memandang kasta dan jabatan, tanpa melihat dia orang kaya atau miskin, tanpa perduli dia pejabat atau rakyat biasa. Sungguh begitu mengerikannya virus ini, yaitu CoronaVirusdeseas (Covid-19) atau biasa masyarakat kenal virus Corona.

Maka sangat wajar kalau umat muslim di seluruh dunia pun merasakan suasana ibadah puasa ramadhan tahun ini begitu berbeda, karena adanya wabah corona tersebut, segala bentuk aktivitas menyambut datangnya bulan suci ramadhan pun tidak terasa, bahkan ibadah umroh pun tidak diperbolehkan untuk beberapa bulan kedepan.

Sungguh begitu banyak hikmah yang datang dengan adanya virus Corona tersebut seiring datangnya bulan suci ramadhan, bulan penuh keberkahan, bulan penuh ampunan, bulan penuh kekhusyu’an dalam beribadah bagi umat muslim di seluruh dunia, bulan berbagi rezeki bagi sesama untuk yang kurang mampu, bulan dimana diturunkannya al-Qur’an yang lebih dikenal dengan sebutan malam lailatul qadar.

Umat muslim seluruh dunia meyakini dengan penuh keyakinan tehadap Allah Swt, hikmah adanya virus Corona yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia ada suatu pesan teguran yang besar bagi umat muslim untuk berintrospeksi diri dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan tahun ini.

Karena sudah perintah puasa sudah menjadi kewajiban kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah puasa yang diperintahkan Allah Swt sebagaimana termaktub dalam kitab suci al-Qur’an al-Kariem, karena ibadah puasa merupakan salah satu bagian dari pada rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang sudah baligh.

Perintah wajib berpuasa tersebut sudah dilakukan oleh umat-umat terdahulu seperti halnya dalam penjelasan berikut.

Ibadah Sosial Untuk Meningkatkan Ketaqwaan

Kalau melihat dari terjemahan ayat tersebut dijelaskan bahwa ibadah Puasa merupakan satu kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh umat islam dari mulai zaman para nabi terdahulu hingga umat nabi Muhammad Saw, dengan harapan setelah menjalani dan melaksanakan kewajiban ibadah puasa tersebut umat islam bisa mencapai tingkat derajat ketaqwaan yang hakiki sebagaimana Allah Swt firmankan dalam ayat diatas.

Di sisi lain ibadah puasa merupakan ibadah sosial dalam menahan rasa lapar agar seorang muslim bisa merasakan bagaimana rasanya merasakan lapar, ketika dimana saudaranya yang lain sudah menjadi kebiasaan dalam menahan rasa lapar tersebut mungkin karena kemiskinan, mungkin karena faqir, mungkin karena nasib yang kurang beruntung di bawah garis kemiskinan.

Maka dengan perintah wajib untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan setiap muslim akan diuji sejauh mana kepedulian sosialnya terhadap muslim yang lainnya yang membutuhkan uluran tangan dan bantuan darinya.

Ibadah puasa ramadhan merupakan ibadah yang bersifat sosial tapi secara pertanggungjawabannya bersifat vertikal, yaitu secara ganjaran pahala puasa seseorang hanya Allah Swt yang tahu, baik pahala puasanya diterima maupun tidak.

Di sinilah letak perbedaan antara ibadah puasa ramadhan dengan ibadah-ibadah lainnya. Salah satu esensi ibadah puasa itu sendiri tidak lain yaitu kejujuran terhadap diri sendiri dan orang lain, bahwa diri seseorang benar-benar melaksanakan ibadah puasa sesuai yang diperintahkan agama.

Maka bagi siapa pun umat muslim yang mampu melaksanakan ibadah puasa dengan penuh kejujuran dan ketaatan atas perintah agama, sesungguhnya dirinya sedang menjalankan ibadah sosial terhadap sesama manusia lainnya.

Di sisi lain ada rahasia yang paling fenomenal yang terjadi di bulan ramadhan dan menjadi janji Allah Swt, bagi umat muslim yang mampu menjalankan ibadah puasa ramadhan dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan diberikan malam kemuliaan yang tidak ada dibulan lain selain di bulan ramadhan, yaitu Malam Lailatul Qadar (malam seribu bulan), malam kemuliaan ini hanya akan terjadi di sepuluh malam terakhir setiap bulan ramadhan di setiap tahunnya.

Maka Nabi Muhammad Saw, semasa hidupnya pernah memerintahkan kepada Isteri, Keluarga, dan para sahabatnya untuk melakukan Itikaf (diam di masjid untuk ibadah) di masjid di sepuluh akhir bulan ramadhan.

Ibadah Itikaf Untuk Mendapatkan Lailatul Qadar

Mayoritas umat muslim sudah banyak mengetahui bahwa dalam salah satu malam dibulan ramadhan Allah Swt telah turunkan kitab suci Al-Qur’an yang biasa kita sebut Malam Nuzulul Qur’an, malam dimana keberkahan, keutamaan dan kekhusyuan dalam beribadah sesuai pedoman Al-Qur’an. Kemudian di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan Allah Swt akan menurunkan satu malam kemuliaan yang biasa lebih kita kenal dengan sebutan Malam Lailatul Qadar, malam seribu bulan yaitu, malam dimana pahala ibadah akan dilipatgandakan menjadi setara delapan puluh tiga tahun kita beribadah, SubhanAllah.

Dengan kemuliaan inilah Allah Swt janjikan umat islam untuk bisa mendapatkan malam lailatul Qadar pada setiap bulan suci Ramadhan tiap tahunnya.

Malam Lailatul Qadar akan dan selalu terjadi pada malam-malam ganjil disepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tidak ada manusia manapun yang bisa memastikan, menebak dan meyakinkan bahwa pada malam tersebut benar-benar Malam lailatul Qadar, beberapa ulama hanya bisa menafsirkan tanda-tanda alam bahwa pada malam tersebut akan turun malam lailatul Qadar, inilah salah satu Bukti Kekuasaan Allah Swt akan keutamaan beribadah dibulan suci ramadhan dalam setiap tahunnya, dan menurut beberapa cerita dalam sejarah para sahabat Nabi telah diceritakan bahwa malam Lailatul Qadar hanya diberikan kepada Umat Nabi Muhammad SAW yang benar-benar menjalankan ibadah puasa ramadhan dengan penuh keikhlasan hanya mengharapkan kerishoan dari Allah Swt semata. Berdasarkan beberapa pendapat Ulama Tafsiran Lailatul Qadar sebagai berikut :

Dari Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah:

  1. Beribadah pada lailatul qadar lebih baik dari pada amalan seorang dari Bani Israil yang berjihad di jalan Allah selama seribu bulan
  2. Beribadah pada lailatul qadar lebih baik daripada amalan seorang di siang hari berjihad dan di malam hari qiyamullail dan ia lakukan itu selama seribu bulan
  3. Beribadah pada lailatul qadar lebih baik daripada ibadahnya empat orang nabi dari Bani Israil (Ayyub, Zakariyya, Hizliq dan Yusya’ alaihimussalam) selama delapan puluh tahun, tidak pernah bermaksiat kepada Allah Taala walau sekejap matapun!

Sedang berdasarkan sumber dari Tafsir Al-Qurthuby rahimahullah:

  1. Beribadah pada lailatul qadar lebih baik daripada beribadah seorang selama sepanjang masa sampai akhir zaman yang tidak ada lailatul qadar di dalamnya.
  2. Beribadah pda lailatul qadar lebih baik daripada memiliki dua kerajaan; Nabi dan Raja Sulaiman dan Raja Dzulqarnain alaihimassalam.

Maka berdasarkan sumber referensi diatas yang bisa diyakini kebenarannya. Alangkah baiknya kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw, semakin semangat untuk berlomba-lomba menjalankan ibadah puasa dan ibadah sunnah lainnya di bulan ramadhan, sebagai bukti kesungguhan kita benar-benar ingin mendapatkan dan mengharapkan kemuliaan malam Lailatul Qadar, dengan memfokuskan ibadah kita disepuluh malam terakhir bulan ramadhan tahun ini, Akhirnya dengan memohon petunjuk Allah Swt, semoga Ramadhan tahun ini kita senantiasa Allah Swt berikan kemudahan segala urusan kita khususnya dalam melaksanakan ibadah puasa ramadhan, dan diberikan kesempatan yang sangat langka yaitu mendapatkan malam kemuliaan Malam Lailatul Qadar agar termasuk golongan hamba-hamba yang ahli ibadah hanya kepada Allah Swt semata….Amin

Penulis : Teddy Khumaedi

  • Pengamat Sosial Budaya dan Keagamaan di Jawa Barat
  • Dosen Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi Kampus IUQI Bogor