Ia juga menggambarkan eks pelatih Inter Milan itu seperti perisai, teman, ayah dan saudara bagi pemain. Matrix berbicara tentang Mou dalam obrolan Instagram Langsung dengan Sebastien Frey.
“Mourinho adalah tameng, teman, ayah dan saudara. Dia tahu tombol yang tepat untuk ditekan dan Anda melihat hasilnya,” ujarnya dikutip Football Italia.
Pahlawan Italia di Piala Dunia 2006 itu mengatakan, ia pada dasarnya berhenti bermain sepak bola setelah era Mourinho. “Karena hubungan yang kami miliki adalah kepercayaan dan rasa hormat. Saya tahu bahwa saya mungkin hanya perlu memainkan satu pertandingan, tetapi dia juga menghargai saya,” bebernya.
“Konsistensi adalah hal yang paling penting dan dia konsisten. Dia melakukan apa yang dia katakan akan dia lakukan. Orang mengatakan saya marah dengan orang yang mengikutinya (Rafa Benitez), tetapi kami tidak cocok karena dia tidak konsisten,” lanjutnya.
Bagi Materazzi, hanya Leonardo yang ia tahu mampu mendekati kemampuan manajerial Mourinho. Sulit untuk mengikuti Mourinho, kata dia, namun Leonardo benar-benar cerdas. Ia pada dasarnya meniru dan mendekati apa yang telah dilakukan Mou.
Itu terbukti ketika mereka terlibat persaingan gelar dengan AC Milan pada musim 2010/2011. Saat itu, mereka mampu mengejar ketertinggalan 19 poin dari Milan. “Dan jika kami tidak kehilangan derby pada bulan April, kami akan menyusul mereka,” jelasnya.
Di bawah Mourinho pada 2009-10, Inter memenangkan Scudetto, Liga Champions dan Coppa Italia. Treble winnner itu menjadi sejarah di Italia dimana hanya Nerazzurri yang mampu melakukannya sejauh ini.
“Kami memiliki tim yang kuat di musim pertamanya (Mourinho), tetapi kemudian mendatangkan Lucio, Samuel Eto’o, Diego Milito dan Thiago Motta. Ada 25 pemain dan tidak masalah siapa yang bermain, kami adalah tim yang sama. Eto’o adalah saudara dan aku akan berterima kasih padanya selama sisa hidupku. Dia menjanjikan saya Liga Champions dan dia menepati janji itu,” tandasnya. (amr)