AS Bunuh Jenderal Iran, Selangkah Lagi Perang

Jenderal Qassem Soleimani. Istimewa

BAGHDAD–RADAR BOGOR, Pemerintah AS akhirnya mengubah strategi menghadapi Iran. Strategi sanksi ekonomi dan tekanan diplomasi dibuang. Kini, mereka memilih untuk melakukan aksi militer untuk menekan pengaruh negara Syiah itu di Timur Tengah.

Kemarin (3/1), Kementerian Pertahanan AS mengatakan bahwa mereka melancarkan serangan drone di area Baghdad Internasional Airport Jumat dini hari. Aksi tersebut dilakukan setelah militer mendapat kabar bahwa Jenderal Qassem Soleimani bakal mengunjungi Iraq.

”Jenderal Soleimani sedang mengambangkan rencana untuk menyerang diplomat AS di Iraq dan seluruh wilayah regional,” tulis Pentagon seperti yang dilansir oleh Associated Press.

Pemerintah AS menambahkan bahwa Soleimani dan Quds Force merupakan otak dari serangan kepada aset AS di wilayah Timur tengah. Termasuk, serangan roket yang menewaskan kontraktor AS pada 27 Desember 2018.

Juga, demo anarkis yang dilakukan ribuan orang di Kedubes AS 31 Deesember. “Ini langkah pencegahan yang kami lakukan seiring kesempatan yang datang,” tulis Kementerian Pertahanan.

Hashed Al Shaabi alias Popular Mobilization Forces (PMF) ikut mengonfirmasi kejadian tersebut. Menurut kelompok paramiliter pro Iran itu, jenderal berusia 62 tahun itu baru saja tiba di bandara. Dia dijemput langsung oleh rombongan Wakil Kepala PMF Abu Mahdi Al Muhandis.

Saat rombongan dua mobil melintasi area kargo, rudal berjatuhan. Soleimani meninggal dengan jenazah tak utuh. Satu-satunya yang bisa menjadi bukti identifikasi adalah cincin yang biasa dipakai.

Sedangkan, tubuh Al Muhandis sama sekali tak bisa ditemukan. Total, ada delapan orang yang tewas akibat serangan tersebut. ”Darahnya ditumpahkan oleh manusia-manusia paling bejat,” ujar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menurut CNN.

Khamenei sudah menetapkan tiga hari berkabung nasional di Iran. Dia juga langsung mengangkat Mayjen Esmail Ghaani, wakil Soleimani, sebagai pemimpin baru Quds Force. Namun, dia menegaskan bahwa urusan kematian Soleimani belum selesai.

Bagi Iran, Soleimani merupakan simbol penting perjuangan Iran di wilayah Teluk. Pemimpin Quds itu sering bepergian ke negara tetangga untuk memberikan bekal dan bantuan.

Dia pun ikut mempersatukan kelompok militan untuk melawan ISIS pada 2014. ”Saya beritahukan kepada Trump. Balas dendam kami akan mengubah siang menjadi malam,” tegasnya.

Setelah ancaman Iran, Trump mengunggah pesan provokatif di akun Twitter pribadi. Dia menandakan bahwa Iran hanyalah negara yang pandai mengancam namun tak pandai berperang. ”Iran tak pernah memenangkan perang. Yang selalu mereka menangkan hanyalah negosiasi,” ucap suami Melania itu.

Negara lain pun mulai angkat bicara soal konflik tersebut. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab meminta agar semua pihak bisa menahan diri. Sedangkan Jubri Kementerian Luar Negeri Tiongkok Geng Shuang mengaku kecewa dengan keputusan AS. ”Kami tak pernah mendukung adanya penggunaan kekuatan militar dalam hubungan internasional,” imbuh Geng.(bil)